Wednesday, March 25, 2009

7 KEUNGGULAN AGAMA BUDDHA

Buddha diagungkan bukan karena kekayaan, keindahan, atau lainnya. Beliau diagungkan karena kebaikan, kebijaksanaan, dan pencerahanNya. Inilah alasan mengapa kita, umat Buddha, menganggap ajaran Buddha sebagai jalan hidup tertinggi.

Apa sajakah keunggulan-keunggulan yang menumbuhkan kekaguman kita terhadap ajaran Buddha?

1. Ajaran Buddha tidak membedakan kelas / kasta

Buddha mengajarkan bahwa manusia menjadi baik atau jahat bukan karena kasta atau status sosial, bukan pula karena percaya atau menganut suatu ajaran agama. Seseorang baik atau jahat karena perbuatannya. Dengan berbuat jahat, seseorang menjadi jahat, dan dengan berbuat baik, seseorang menjadi baik. Setiap orang, apakah ia raja, orang miskin atau pun orang kaya, bisa masuk surga atau neraka, atau mencapai Nirvana, dan hal itu bukan karena kelas atau pun kepercayaannya.

2. Agama Buddha mengajarkan belas kasih yang universal

Buddha mengajarkan kita untuk memancarkan metta (kasih sayang dan cinta kasih) kepada semua makhluk tanpa kecuali. Terhadap manusia, janganlah membedakan bangsa. Terhadap hewan, janganlah membedakan jenisnya. Metta harus dipancarkan kepada semua hewan termasuk yang terkecil seperti serangga. Hal ini berbeda dengan beberapa agama lain yang mengajarkan bahwa hewan diciptakan Tuhan untuk kepentingan kelangsungan hidup manusia, sehingga membunuh makhluk selain manusia bukanlah kejahatan. Beberapa agama bahkan membenarkan membunuh orang bersalah yang menentang agamanya.

3. Dalam ajaran Buddha, tidak seorang pun diperintahkan untuk percaya

Sang Buddha tidak pernah memaksa seseorang untuk mempercayai ajaranNya. Semua adalah pilihan sendiri, tergantung pada hasil kajian masing-masing individu. Buddha bahkan menyarankan, �Jangan percaya apa yang Kukatakan kepadamu sampai kamu mengkaji dengan kebijaksanaanmu sendiri secara cermat dan teliti apa yang Kukatakan.� Hal ini pun berbeda dengan agama lain yang melarang pengikutnya mengkritik ajarannya sendiri. Ajaran Buddha tidak terlalu dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan dan kritik-kritik terhadap ajaranNya. Jelaslah bagi kita bahwa ajaran Buddha memberikan kemerdekaan atau kebebasan berpikir.

4. Agama Buddha mengajarkan diri sendiri sebagai pelindung

Buddha bersabda, �Jadikanlah dirimu pelindung bagi dirimu sendiri. Siapa lagi yang menjadi pelindungmu? Bagi orang yang telah berlatih dengan sempurna, maka dia telah mencapai perlindungan terbaik.�

Ini bisa dibandingkan dengan pepatah bahasa Inggris, �God helps those who help themselves� �Tuhan menolong mereka yang menolong dirinya sendiri. Inilah ajaran Buddha yang menyebabkan umat Buddha mencintai kebebasan dan kemerdekaan, dan menentang segala bentuk perbudakan dan penjajahan.

Buddha tidak pernah mengutuk seseorang ke neraka atau pun menjanjikan seseorang ke surga, atau Nibbana; karena semua itu tergantung akibat dari perbuatan tiap-tiap orang, sementara Buddha hanyalah guru atau pemimpin. Seperti tertulis dalam Dhammapada, �Semua Buddha, termasuk Saya, hanyalah penunjuk jalan.� Pilihan untuk mengikuti jalanNya atau tidak, tergantung pada orang yang bersangkutan. Hal ini pula yang membedakan dengan agama lain yang percaya Tuhan bisa menghukum orang ke neraka atau mengirimnya ke surga. Tatkala orang melakukan segala jenis dosa, jika dia memuja, berdoa, dan menghormati Tuhan, maka Tuhan akan menunjukkan cintaNya dan mengampuni orang tersebut. Hal ini membuat orang menjadi terdorong untuk tidak peduli, sebesar apapun dosanya, jika dia memuja Tuhan, dia akan diampuni. Karena ini pulalah, dia akan terbiasa menunggu bantuan orang lain daripada berusaha dengan kemampuan sendiri.

5. Agama Buddha adalah agama yang suci

Yang dimaksudkan di sini adalah agama tanpa pertumpahan darah.

Dari awal perkembangannya sampai sekarang, lebih dari 2500 tahun �agama Buddha tidak pernah menyebabkan peperangan. Bahkan, Buddha sendiri melarang penyebaran ajaranNya melalui senjata dan kekerasan. Di lain pihak, banyak pemimpin agama yang sekaligus juga menjadi raja dari kerajaannya, dan pada saat yang sama menjadi diktator dari agamanya.

Meskipun ada beberapa agama yang tidak disebarkan melalui senjata atau kekerasan, tetapi mereka telah menyebabkan terjadinya perang antar agama. Hal ini menyebabkan agama tersebut tidak bisa dianggap sebagai agama yang suci atau bebas dari pertumpahan darah.

6. Agama Buddha adalah agama yang damai dan tanpa monopoli kedudukan

Dalam Dhammapada, Buddha bersabda, �Seseorang yang membuang pikiran untuk menaklukkan orang lain akan merasakan kedamaian.� Pada saat yang sama, Beliau memuji upaya menaklukkan diri sendiri. Beliau berkata, �Seseorang yang menaklukkan ribuan orang dalam perang bukanlah penakluk sejati. Tetapi seseorang yang hanya menaklukkan seorang saja yaitu dirinya sendiri, dialah pemenang tertinggi.�

Di sini, menaklukkan diri sendiri terletak pada bagaimana mengatasi kilesa (kekotoran batin). Andaikan semua orang menjadi umat Buddha, maka diharapkan manusia akan beroleh perdamaian dan kebahagiaan. Buddha mengatakan bahwa semua makhluk harus dianggap sebagai sahabat atau saudara dalam kelahiran, usia tua, penyakit, dan kematian. Beliau juga mengajarkan semua umat Buddha untuk tidak menjadi musuh orang-orang tak seagama atau pun menganggap mereka sebagai orang yang berdosa. Beliau mengatakan bahwa siapa saja yang hidup dengan benar, tak peduli agama apapun yang dianutnya, mempunyai harapan yang sama untuk beroleh kebahagiaan di kehidupan sekarang dan kehidupan yang akan datang. Sebaliknya, siapapun yang menganut agama Buddha tetapi tidak mempraktikkannya, hanya akan beroleh sedikit harapan akan pembebasan dan kebahagiaan.

Dalam agama Buddha, setiap orang memiliki hak yang sama untuk mencapai kedudukan yang tinggi. Dengan kata lain, setiap orang dapat mencapai Kebuddhaan. Dalam agama lain, tiada siapapun bisa menjadi Tuhan selain Tuhan sendiri, tidak peduli sebaik apapun pengikutnya bertindak. Seseorang takkan pernah mencapai tingkat yang sama dengan Tuhan. Bahkan pemimpin agama pun takkan pernah mencapai ketuhanan.

7. Agama Buddha mengajarkan hukum sebab dan akibat

Buddha mengajarkan bahwa segala sesuatu muncul dari suatu sebab. Tiada suatu apapun yang muncul tanpa alasan.

Kebodohan, ketamakan, keuntungan, kedudukan, pujian, kegembiraan, kerugian, penghinaan, celaan, penderitaan �semua adalah akibat dari keadaan-keadaan yang memiliki sebab.

Akibat-akibat baik muncul dari keadaan-keadaan yang baik, dan akibat buruk muncul dari penyebab-penyebab buruk pula. Kita sendiri yang menyebabkan keberuntungan dan ketidakberuntungan kita sendiri. Tidak ada Tuhan atau siapapun yang dapat melakukannya untuk kita. Oleh karena itu, kita harus mencari keberuntungan kita sendiri, bukan membuang-buang waktu menunggu orang lain melakukannya untuk kita. Jika seseorang mengharapkan kebaikan, maka dia hanya akan berbuat kebaikan dan berusaha menghindari pikiran dan perbuatan jahat.

Prinsip-prinsip sebab dan akibat; suatu kondisi yang pada mulanya sebagai akibat akan menjadi sebab dari kondisi yang lain, dan seterusnya seperti mata rantai. Prinsip ini sejalan dengan pengetahuan modern yang membuat agama Buddha tidak ketinggalan jaman daripada agama-agama lain di dunia.


__________________
YO DHAMMAM DESESI ADIKALYANAM MAJJHEKALYANAM PARIYOSANAKALYANAM TI

Dhamma itu indah pada awalnya, indah pada pertengahannya dan indah pada akhirnya

Tuesday, February 24, 2009

Image


Okay skrng kita akan masuk.
Tetap merunduk, cover dari berlakang,
dan jk kalian kehabisan peluru,
tembakan senapan diluar medan tempur untuk me-reload


Pada akhirnya kamu akan sadar Mr. Bond,
bahwa sangat sangat sangat tidak kamu bisa keluar melarikan diri dari ruangan ini
Muhahahaha!


1 dr 4 org di negeri ini menderita cacat mental
Bayangkan 3 org teman dekat anda
jika mereka terlihat baik2 saja...
berarti andalah 1 dr 4 org yg dimaksud itu.















funny pictures
funny pictures







KOMputer BeK@s masih berGuna























Beda orang barat dan orang asia

BEDA ORANG BARAT DAN ORANG ASIA

Blue --> Westerner
Red --> Asian

Opinion

B: langsung to the point.
R: blunder muter-muter dulu, apalagi kalo opininya berbeda paham.

Way of Life

B: individualis, mikirin kehidupannya sendiri.
R: demen kumpul2 sama saudara, ngurusin problem family.

Punctuality

B: on time.
R: in time.

Contacts

B: contact to related person only.
R: semua temen, semua sodara, relasi luas, bisnis lancar.

Anger

B: marah ya marah.
R: marah tapi ramah.

Queue when Waiting

B: biasa antri teratur.
R: rebutan dong, siapa cepat dapat lah.

Sundays on the Road

B: menikmati weekend with his own way.
R: doyan ke tempat2 keramaian, mal, dll.

Party

B: bebas-bebas aja berkelompok dengan groupnya sendiri.
R: semua fokus ke satu acara party yang diarrange EO.

In the restaurant

B: ngobrol pelan-pelan di resto.
R: ribut ngobrol keras-keras and ketawa-tiwi, ga peduli meja sebelah.

Travelling

B: demen sightseeing, yang penting menikmati pemandangannya.
R: yang penting foto-foto untuk memory, pemandangan cuma jadi background.

Handling of Problems

B: tabrak aje, yang penting solve the problem.
R: sebisa mungkin menghindari masalah, or jangan sampe ninggalin jejak..

Three meals a day

B: makan kenyang 1 kali sehari.
R: 3 x makan, ya kudu 3 x kenyang.

Transportation

B: dulu pake mobil, sekarang udah care sama environment & health yang ga polusi.
R: dulu sengsara pake sepeda, sekarang gengsi dong kalo ga pake mobil.

Elderly in day to day life

B: udah tua lonely, paling ditemani Snoopy.
R: masa tua ga bakal kesepian, asal bantu ngemong cucu ya.

Moods and Weather

B: logikanya, hujan ya bikin repot.
R: banyak hujan, banyak hoki ya.

sumber : kaskus.com

Monday, February 23, 2009

Jalan Jalan Dengan Dewa

Di suatu musim panas, ketika sedang terik teriknya matahari, aku sedang bersantai. Pada saat aku memejamkan mata, aku merasakan rohku meninggalkan badan pergi ke suatu tempat lain.
Aku dapatkan diriku di sebuah jalan yang unik. Seorang yang tua datang menghampiriku.
“Apakah anda yang bernama Lian Shen?” katanya semakin mendekat.
“Benar” jawabku. “Tuan yang terhormat, siapakah anda?”
“Aku adalah Dewa dari gunung Tou Pien”
“Oh, aku ingat gunung itu, aku pergi bersama beberapa kawan untuk mengunjungi beberapa lokasi di sana. aku datang mampir di altar tuan untuk memberi hormat,” kataku.
“Ya,ya. itu sebabnya aku mengenalmu, karena kau ada di sini sekarang, bila kau punya waktu luang, maka aku ingin mengajakmu untuk melihat beberapa hal yang menarik.”
Dewa itu tidak berkata apa apa lagi, tapi mulai bergerak dengan sangat cepat. aku tidak mempunyai waktu untuk berpikir lagi–hanya mengikuti saja.
Pengalamanku berpergian secara roh adalah bahwa tidak ada batasan fisik yang dapat menghambat kita di dunia astral (roh). Di dalam alam ini, orang dapat berjalan diatas air, terbang ke atas gunung gunung, menyebrangi sungai sungai, atau memasuki rumah rumah. Pintu pintu tidak dapat menghambat kita. Dan kita dapat datang dan pergi dengan cepat.
Orang tua itu membawaku ke sebuah gunung yang sepi dan tandus. Disana aku melihat sebuah rumah dengan atap bilik. Didalamnya ku lihat ada sesosok mayat yang kurus dalam peti mati. Sang Dewa bersembunyi di sebuah batu besar bersamaku. Tidak lama kemudian, aku melihat langit terbuka. Sesosok mahluk angkasa turun ke gunung itu dengan menggunakan awan. gunung itupun menjadi bermandikan cahaya warna warni terutama sekali warna keemasan. Beberapa Dewa Bumi datang untuk mengawal mahluk tersebut. Makhluk angkasa itu dengan rendah hati bersujud di hadapan peti mati itu. Dengan Hormat, ia membungkukkan badan ke tubuh kasar yang tua dan kurus itu sebanyak 3 kali. Setalah itu berdiri lagi, mahluk angkasa tersebut mengelus elus tubuh kasar tersebut dengan penuh kasih sayang. kemudian ia sirna kembali ke angkasa.
“Apa yang terjadi?” tanyaku
“Mahluk itu sedang memberikan penghormatan terakhir kepada tubuh kasarnya. Tubuh itu merupakan tubuh kasar roh tersebut ketika ia masih hidup di dunia manusia. Roh yang telah mencapai tingkat tinggi itu datang kembali untuk melihat “Bungkusan” nya selama hidup di dunia. Inilah yang dinamakan “menggunakan yang palsu (tubuh fisik) untuk melatih yang asli (roh.kesadaran)” Untuk mencapai tingkat kerohanian yang dimiliki mahluk itu sekaran ini, tubuh kasar itu banyak mengalami penderitaan.”
“Oh, begitu Aku mengerti sekarang”
“Roh itu turun kembali ke gunung untuk memberi hormat kepada tubuh kasarnya karena sewaktu ia masih hidup di dalam tubuh kasar tersebut sebagai seorang manusia–tubuh tersebut dapat menaati sila sila (peraturan peraturan dalam melatih bathin).
Sewaktu menggunakan tubuh tersebut, ia dapat mengikuti hati nuraninya dan memberikan berkat kepada orang lain dengan hati yang tulus. Itu sebabnya, rohnya dapat lulus ujian di dalam dunia ini dan naik kelas ke dalam dunia roh.”
Ketika aku sedang merenungkan hal ini, sang Dewa telah bergerak lagi dan aku harus segera mengikutinya. Kali ini kami tidak berjalan di gunung yang tandus maupun di jalan yang sempit. Kami pergi ke sebuah kota yang hiruk pikuk. Kami melewati jalanan yang banyak orang orang. Tidak ada seorangpun yang dapat melihat kami. Akhirnya kami tiba di sebuah rumah yang megah.
Dewa tersebut masuk ke rumah itu dan aku mengikutinya, ruangan utamanya sangatlah besar berlantaikan karpet yang indah, Kain kain putih di gantung dari langit langit bertuliskan pesan pesan, seperti : “Kembali ke Surga”, “Hidup Selamanya”, “Selalu Dihatiku” dan “Kembali ke Alam Amitabha” Di balik gorden putih, aku melihat sesosok tubuh gemuk dan besar di dalam sebuah peti mati.Baju yang dipakainya dengan mudah menibulkan gagasan di hatiku bahwa dia adalah presiden direktur dari banyak perusahaan besar, sang Dewa menyuruhku bersembunyi di balik sebuah sofa. Tidak lama kemudian aku melihat seekor binatang aneh muncul. tubuhnya berbau kotor;matanay seperti mata ikan emas;mulutnya besar;lehernya kecil. Ia berjalan selangkah selangkah dengan kakinya yang kurus ke peti mati dengan pandangan yang sangat marah; ia memegang sebuah cambuk. Dengan bengis dia mencambuki mayat itu sambil berteriak dan menyumpah. Wajah mayat itu menjadi biru, kemudian menjadi sangat menakutkan. Kulitnya yang tadi putih mulus tergores gores dengan garis garis merah dan biru. Otot ototnya mulai menyusut dan mulai berbau tidak enak.
“Kau!!” teriak setan yang marah itu “tubuh yang kotor ini merusakku !!” ia sungguh marah.
Sang Dewa berkata, “Lian Shen, setan yang marah itu menyesal. Sewaktu berada dalam tubuh fisiknya, ia melibatkan diri di dalam segala macam nafsu. Sekarang dia menyesali perbuatannya namun sudah terlambat”
“Orang ini mempunyai banyak kesempatan untuk melakukan kebaikan demi masyarakat, mengapa ia tidak lakukan?” tanyaku.
“Ini karena terkena racun keserakahan, Orang belum mau kapok kalau belum terkena hukuman.
Ada istilah mengatakan bahwa orang belum menangis kalau belum melihat mayat.
“Ketika kau kembali, tulislah pengalaman yang kau lihat ini dengan harapan dapat menyadarkan manusia di dunia”
“Aku rasa orang tidak akan percaya bila kuceritakan !!” Di pandangan mereka ini merupakan suatu dongeng belaka!!” Kataku.
“Bila Orang Berjodoh, ia akan mempercayainya, bila tidak Biarlah mereka menertawakannya. Hidup ini seperti mimpi belaka, sudah waktunya kamu kembali sadar.”
Sang Dewa mendorongku dan akupun kembali ke alam manusia.
Aku melihat ke jam tangan ku, ternyata aku baru pergi 1 jam. tapi lengan dan kaki ku terasa sangat lelah sepertinya aku telah berpergian jauh….
#palm

Di sadur dari buku karangan Maha Guru

Om Guru Lianshen Siddhi Hum
Om Mani Padme Hum


About this entry