Monday, February 23, 2009

Jalan Jalan Dengan Dewa

Di suatu musim panas, ketika sedang terik teriknya matahari, aku sedang bersantai. Pada saat aku memejamkan mata, aku merasakan rohku meninggalkan badan pergi ke suatu tempat lain.
Aku dapatkan diriku di sebuah jalan yang unik. Seorang yang tua datang menghampiriku.
“Apakah anda yang bernama Lian Shen?” katanya semakin mendekat.
“Benar” jawabku. “Tuan yang terhormat, siapakah anda?”
“Aku adalah Dewa dari gunung Tou Pien”
“Oh, aku ingat gunung itu, aku pergi bersama beberapa kawan untuk mengunjungi beberapa lokasi di sana. aku datang mampir di altar tuan untuk memberi hormat,” kataku.
“Ya,ya. itu sebabnya aku mengenalmu, karena kau ada di sini sekarang, bila kau punya waktu luang, maka aku ingin mengajakmu untuk melihat beberapa hal yang menarik.”
Dewa itu tidak berkata apa apa lagi, tapi mulai bergerak dengan sangat cepat. aku tidak mempunyai waktu untuk berpikir lagi–hanya mengikuti saja.
Pengalamanku berpergian secara roh adalah bahwa tidak ada batasan fisik yang dapat menghambat kita di dunia astral (roh). Di dalam alam ini, orang dapat berjalan diatas air, terbang ke atas gunung gunung, menyebrangi sungai sungai, atau memasuki rumah rumah. Pintu pintu tidak dapat menghambat kita. Dan kita dapat datang dan pergi dengan cepat.
Orang tua itu membawaku ke sebuah gunung yang sepi dan tandus. Disana aku melihat sebuah rumah dengan atap bilik. Didalamnya ku lihat ada sesosok mayat yang kurus dalam peti mati. Sang Dewa bersembunyi di sebuah batu besar bersamaku. Tidak lama kemudian, aku melihat langit terbuka. Sesosok mahluk angkasa turun ke gunung itu dengan menggunakan awan. gunung itupun menjadi bermandikan cahaya warna warni terutama sekali warna keemasan. Beberapa Dewa Bumi datang untuk mengawal mahluk tersebut. Makhluk angkasa itu dengan rendah hati bersujud di hadapan peti mati itu. Dengan Hormat, ia membungkukkan badan ke tubuh kasar yang tua dan kurus itu sebanyak 3 kali. Setalah itu berdiri lagi, mahluk angkasa tersebut mengelus elus tubuh kasar tersebut dengan penuh kasih sayang. kemudian ia sirna kembali ke angkasa.
“Apa yang terjadi?” tanyaku
“Mahluk itu sedang memberikan penghormatan terakhir kepada tubuh kasarnya. Tubuh itu merupakan tubuh kasar roh tersebut ketika ia masih hidup di dunia manusia. Roh yang telah mencapai tingkat tinggi itu datang kembali untuk melihat “Bungkusan” nya selama hidup di dunia. Inilah yang dinamakan “menggunakan yang palsu (tubuh fisik) untuk melatih yang asli (roh.kesadaran)” Untuk mencapai tingkat kerohanian yang dimiliki mahluk itu sekaran ini, tubuh kasar itu banyak mengalami penderitaan.”
“Oh, begitu Aku mengerti sekarang”
“Roh itu turun kembali ke gunung untuk memberi hormat kepada tubuh kasarnya karena sewaktu ia masih hidup di dalam tubuh kasar tersebut sebagai seorang manusia–tubuh tersebut dapat menaati sila sila (peraturan peraturan dalam melatih bathin).
Sewaktu menggunakan tubuh tersebut, ia dapat mengikuti hati nuraninya dan memberikan berkat kepada orang lain dengan hati yang tulus. Itu sebabnya, rohnya dapat lulus ujian di dalam dunia ini dan naik kelas ke dalam dunia roh.”
Ketika aku sedang merenungkan hal ini, sang Dewa telah bergerak lagi dan aku harus segera mengikutinya. Kali ini kami tidak berjalan di gunung yang tandus maupun di jalan yang sempit. Kami pergi ke sebuah kota yang hiruk pikuk. Kami melewati jalanan yang banyak orang orang. Tidak ada seorangpun yang dapat melihat kami. Akhirnya kami tiba di sebuah rumah yang megah.
Dewa tersebut masuk ke rumah itu dan aku mengikutinya, ruangan utamanya sangatlah besar berlantaikan karpet yang indah, Kain kain putih di gantung dari langit langit bertuliskan pesan pesan, seperti : “Kembali ke Surga”, “Hidup Selamanya”, “Selalu Dihatiku” dan “Kembali ke Alam Amitabha” Di balik gorden putih, aku melihat sesosok tubuh gemuk dan besar di dalam sebuah peti mati.Baju yang dipakainya dengan mudah menibulkan gagasan di hatiku bahwa dia adalah presiden direktur dari banyak perusahaan besar, sang Dewa menyuruhku bersembunyi di balik sebuah sofa. Tidak lama kemudian aku melihat seekor binatang aneh muncul. tubuhnya berbau kotor;matanay seperti mata ikan emas;mulutnya besar;lehernya kecil. Ia berjalan selangkah selangkah dengan kakinya yang kurus ke peti mati dengan pandangan yang sangat marah; ia memegang sebuah cambuk. Dengan bengis dia mencambuki mayat itu sambil berteriak dan menyumpah. Wajah mayat itu menjadi biru, kemudian menjadi sangat menakutkan. Kulitnya yang tadi putih mulus tergores gores dengan garis garis merah dan biru. Otot ototnya mulai menyusut dan mulai berbau tidak enak.
“Kau!!” teriak setan yang marah itu “tubuh yang kotor ini merusakku !!” ia sungguh marah.
Sang Dewa berkata, “Lian Shen, setan yang marah itu menyesal. Sewaktu berada dalam tubuh fisiknya, ia melibatkan diri di dalam segala macam nafsu. Sekarang dia menyesali perbuatannya namun sudah terlambat”
“Orang ini mempunyai banyak kesempatan untuk melakukan kebaikan demi masyarakat, mengapa ia tidak lakukan?” tanyaku.
“Ini karena terkena racun keserakahan, Orang belum mau kapok kalau belum terkena hukuman.
Ada istilah mengatakan bahwa orang belum menangis kalau belum melihat mayat.
“Ketika kau kembali, tulislah pengalaman yang kau lihat ini dengan harapan dapat menyadarkan manusia di dunia”
“Aku rasa orang tidak akan percaya bila kuceritakan !!” Di pandangan mereka ini merupakan suatu dongeng belaka!!” Kataku.
“Bila Orang Berjodoh, ia akan mempercayainya, bila tidak Biarlah mereka menertawakannya. Hidup ini seperti mimpi belaka, sudah waktunya kamu kembali sadar.”
Sang Dewa mendorongku dan akupun kembali ke alam manusia.
Aku melihat ke jam tangan ku, ternyata aku baru pergi 1 jam. tapi lengan dan kaki ku terasa sangat lelah sepertinya aku telah berpergian jauh….
#palm

Di sadur dari buku karangan Maha Guru

Om Guru Lianshen Siddhi Hum
Om Mani Padme Hum


About this entry

No comments:

Post a Comment